post

Lagu Wajib Drummer

Drummer pasti punya lagu wajib. Biasanya buat nunjukin skill, tapi kalo saya lagu wajib drummer itu biasanya buat belajar skill drum dan latihan

Lagu yang akan saya bahas, merupakan lagu wajib bagi para drummer yang sangat layak untuk dikulik (versi saya lho heheheh), masing-masing lagu dibawah ini mempunyai beat dan tehnik permainan yang unik. mari kita mulaaii

  1. Van Halen – Jump

Buat para drummer-drummer era saya gak mungkin kalo gak tau lagunya Van Halen yang berjudul “JUMP”, sang drummer bernama Alex Van Halen, yang merupakan idola saya sampai sekarang hehehe. Ini saya nobatkan jadi Lagu Wajib Drummer nomor 1. Di awali dengan 11 kali suara tuts keyboard barulah peran serta kita para drummers mulai menggebuk simbal “cas cas cas cas!!”, part-part menarik di lagu ini cukup menantang adrenalin saya untuk coba menguliknya, bagian depan-tengah-belakang lagu berbeda-beda, tapi disitu serunya, ayo buat para drummer,silahkan dilihat vidio Meneer Alex Van Halen memainkan drumnya, dijamin setiap mendengar lagu ini di putar di radio pada saat kita berkendara, pasti para drummers bakalan reflek ikutin permainan drum dari lagu ini

 

  1. Led Zeppelin

 

 

lagu  ini saya sangat suka dengan part drumnya John Bonham, karena part untuk masuk drum di lagunya sangat amat ‘tricky’, gak begitu udah nemuin cara masuknya part drumnya di lagu ini, saya jamin pasti bakalan keranjingan untuk mainin drum lagu ini

 

  1. Diana Ross – I’m Comin Out

 

Pasti untuk yang belom tau sama lagu ini begitu liat nama penyanyinya bakalan mikir “bakalan kayak apa sih part drumnya”, silahkan di dengerin deh buat drummers, begitu mulai part drumnya bakalan pada penasaran dan buru-buru cari stick drum terdekat buat niruin permainan drumnya.

 

  1. Toto – Rosanna

 

 

Lagu ini sangat membantu saya ngerapihin permainan beat ‘shuffle’ saya, sang drummer Jeff Porcaro memainkan lagu ini sangat sempurna untuk beat shufflenya, dulu hampir setiap hari saya mainin lagu ini berulang-ulang, mungkin bisa sampai kaset saya pitanya kusut, untuk album yang ini saya sampai beli kasetnya 3 kali, maklum jaman masih pake kaset , makin sering diputar bakalan mendem suaranya dan juga pitanya tiba-tiba bisa kusut (curhat era 80an) hehehehe, mariiii di cobaaaa

 

5. The Police – Messages in the bottles

 

Steward Copeland, drummer the police ini bisa dibilang jadi idola drummer-drummer kelas dunia, karena dijamannya, cuma dia yang permainannya aneh (untuk jamannya), semua part drum di lagu ini kalo pertama kali dikulik sangat susah di tebak, banyak part yang bakalan bikin kita reflek ngomong “loh!” “LOH!” “LOOOOHHHH!!!!”, butuh kesabaran ekstra untuk saya mengulik lagu ini, tapi begitu sudah bisa, pasti bahagianya bakalan tingkat dewa

 

Cukup 5 lagu dulu aja pembahasan saya yah tentang Lagu Wajib Drummer Indonesia hehehehe, sebenarnya masih banyaaaaak lagi, tapi menurut saya pribadi, 5 lagu diatas cukup mewakili tehnik-tehnik permainan drum yang kita butuhkan, yang perlu digaris bawahi dari , drum dari lagu-lagu diatas biarpun bertehnik tinggi, tapi bisa nge-blend dengan instrument yang lain jadi terasa enak di dengar. Tunggu tulisan-tulisan saya yang lainnya ya, boleh di share loh ke teman-teman drummers hehehehe

post

DVD Gusti Hendy

Tak banyak orang dewasa yang menjalani kehidupan yang mereka cita-citakan ketika masih anak-anak. Gusti Erhandy Rakhmatullah, kelahiran 10 Maret 1980 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, adalah salah satu perkecualiannya. Sejak mencoba More

post

Biography Gusti Hendy

Gusti Hendy adalah salah satu drummer Indonesia. Dikenal sebagai drummer Gigi. 2015 ini Ia rilis DVD Aku Adalah Drum dan berbagi cerita untuk semua orang agar dapat belajar bermain drum online.

Tak banyak orang dewasa yang menjalani kehidupan yang mereka cita-citakan ketika masih anak-anak. Gusti Erhandy Rakhmatullah, kelahiran 10 Maret 1980 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, adalah salah satu perkecualiannya. Sejak mencoba drum ketika kakaknya mengadakan latihan band di rumah keluarganya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tampaknya jalan hidup Hendy untuk menjadi salah satu drummer terhebat di Indonesia (menurut Rolling Stone Indonesia) sudah ditentukan sejak usia tujuh tahun. Bahkan di usia belia, bakatnya yang masih mentah langsung terlihat, sampai sering diajak ikut bermain dengan grup idola lokal, Pawakha Band, yang juga beranggotakan saudara-saudaranya, serta membentuk trio Little Pawakha Band bersama anak-anak berbakat lainnya.

Dengan restu orang tuanya, Hendy yang berusia 9 tahun dan kakaknya menghabiskan liburan sekolahnya di Jakarta agar bisa dapat belajar dari musisi-musisi terbaik di negeri ini di Sekolah Musik Farabi. Berhalangan berguru kepada drummer maestro Gilang Ramadhan akibat jadwal yang bentrok, Hendy belajar dari asisten Gilang, Lemmy Ibraham, serta Arie Ayunir, yang paling dikenal sebagai drummer pertama Potret. Sementara itu, Hendy dan bandnya ikut dalam berbagai lomba band di Banjarmasin, dan Hendy sering meraih penghargaan sebagai Drummer Terbaik.

Setelah lulus SMA di tahun 1998, Hendy pindah ke Jakarta untuk meneruskan pendidikan akademik dan musikal, termasuk mewujudkan impian lamanya untuk belajar dari Gilang Ramadhan. Dia juga membentuk band Fresh, yang menyumbang lagu “Terbang” ke album kompilasi Kompilasi Bintang 8 keluaran perusahaan rekaman Indosemar Sakti dan berencana merekam album dengan Gilang sebagai produser. Pada akhirmya, rencana itu tidak terwujud, dan band itu bubar di tahun 2002.

Saat masih di bawah didikan Gilang, Hendy diajak bergabung dengan Big City Blues, di mana dia bermain jazz dan blues bersama musisi-musisi senior Donny Suhendra, A.S. Mates dan Albert Warnerin. Sambil berjuang menyelesaikan studi ilmu komunikasi, Hendy dan Big City Blues rajin tampil di kafe-kafe dan di acara Blues Night di TVRI. Lewat Blues Night, Hendy menarik perhatian Yockie Suryoprayogo, mantan keyboardist God Bless, yang mengontak Hendy secara pribadi dan mengundangnya untuk tampil di acara Rock Opera garapannya. Penampilan ini mendatangkan undangan bermain drum untuk Erwin Gutawa Orchestra, disusul dengan berbagai pekerjaan rekaman di studio untuk Erwin dan juga tampil kembali bersama Yockie untuk konser akbar “Kesaksian 2003” oleh Kantata Takwa, supergroup yang terdiri dari Yockie, Iwan Fals, Setiawan Djody, W.S. Rendra dan Sawung Jabo.

Setelah menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana ilmu komunikasi di tahun 2003, Hendy juga bergabung dengan band Omelette dan melepas satu album sebelum mengundurkan dirinya. Masanya bersama Omelette menarik perhatian Gigi, salah satu band rock terbesar di Indonesia yang juga satu manajemen dengan Omelette di bawah POS Entertainment. Ketika drummer Budhy Haryono berhalangan saat Gigi hendak merekam album soundtrack film Brownies, dia mengusulkan Hendy sebagai pengganti sementara, dan band itu berjalan terus. Setelah merekam Raihlah Kemenangan, yang berisi lagu-lagu orang yang dibawakan ulang serta materi baru orisinil dengan tema religius, dan tampil dalam berbagai pertunjukan, Hendy diangkat menjadi anggota tetap Gigi di pertengahan 2004.

Lagi-lagi, ini adalah impian yang terwujud bagi Hendy, yang telah menggemari band itu – terutama drummer pertama mereka, Ronald Fristianto – sejak mereka baru berdiri, ketika Hendy masih SMP. Dia bahkan sesumbar kepada teman-temannya bahwa suatu hari dia akan bermain drum untuk Gigi, tanpa menyangka bahwa itu akan terwujud. Bergabung dengan Gigi juga menjadi semacam reuni dengan gitaris Dewa Budjana, yang berusia 26 tahun ketika terkesan oleh permainan Hendy yang berusia 9 tahun di sekolah Farabi dan spontan mengajaknya bermain bersama. Belakangan, Budjana juga mengajak Hendy bermain dalam trio proyek sampingannya, yang pada akhirnya membawanya bergabung dengan Gigi tak lama kemudian.

Bersama Hendy, Gigi memasuki periodenya yang paling produktif dengan melepas tak kurang dari 10 album sejak 2004, dengan proyek terbaru yang direkam secara live di Abbey Road Studios yang legendaris di London pada akhir 2013. Hendy juga membantu mempertahankan reputasi band itu sebagai salah satu artis panggung paling memukau di Indonesia, dan bahkan bermain bersama para pendahulunya, Ronald dan Budhy, dalam beberapa konser reuni.
Sementara itu, di sela-sela jadwalnya yang padat bersama Gigi, Hendy juga menemukan waktu untuk mencurahkan energinya kepada Ligro, power trio yang dibentuknya di tahun 2004 bersama gitaris Agam Hamzah dan bassist Adi Darmawan. Dengan memadukan unsur-unsur musik Timur dan Barat, grup jazz rock yang menyebut dirinya “orang gila” ini telah melepas dua album yang banyak dipuji, Dictionary (2008) dan Dictionary 2 (2012), serta benar-benar memamerkan permainan drum dan perkusi eksplosif oleh Hendy, yang juga bertindak sebagai produser eksekutif.

Berdomisili di Jakarta, Hendy meluangkan waktunya di luar Gigi dan Ligro untuk menjadi suami dan ayah yang penyayang bagi Marlyn Augusta dan ketiga putri mereka…serta membayangkan impian masa kecil mana yang akan terwujud berikutnya.
_____________________________________

Not many adults get to do the things they dreamed about when they were children. Gusti Erhandy Rakhmatullah, born on March 10th in Banjarmasin, South Kalimantan, Indonesia, is one of the exceptions. Ever since trying out the drum kit when his older brother would have band practice at their family home in Banjarmasin, it seems Hendy’s path to becoming one of Indonesia’s greatest drummers (according to Rolling Stone Indonesia) was set from the tender age of seven years old. Even at such a young age, his raw talent was immediately apparent to the point where he’d often sit in during performances by local heroes Pawakha Band, which featured members of his family, and formed the trio Little Pawakha Band with other talented kids.

With his parents’ blessings, the nine-year-old Hendy and his brother would spend their school holidays in Jakarta so that they could learn from the best musicians in the country at the Farabi Music School. Unable to learn from master drummer Gilang Ramadhan due to scheduling conflicts, Hendy studied from Gilang’s assistant Lemmy Ibrahim and Arie Ayunir, best known as the original drummer for Potret. Meanwhile, Hendy and his band competed in numerous band competitions back home in Banjarmasin, where he would often walk away with the prize for Best Drummer.

Upon graduating high school in 1998, Hendy moved to Jakarta to continue his academic and musical studies, including fulfilling a long-held dream to learn from Gilang Ramadhan. He also formed the band Fresh, which contributed the song “Terbang” to record label Indosemar Sakti’s compilation album Kompilasi Bintang 8, with plans to record a Gilang-produced album that ultimately fell through, and the band split up in 2002.

Under Gilang’s tutelage, Hendy was asked to join Big City Blues, in which he played jazz and blues with veteran musicians Donny Suhendra, A.S. Mates and Albert Warnerin. While trying to keep up his communications degree studies, Hendy and Big City Blues regularly played at cafes and on TVRI’s Blues Night. Through Blues Night, Hendy caught the attention of former God Bless keyboardist Yockie Suryoprayogo, who personally invited Hendy to perform as part of his Rock Opera. In turn, this performance led to an invitation to play drums for the Erwin Gutawa Orchestra, followed by more studio session work for Erwin and also another performance with Yockie for the massive “Kesaksian 2003” concert by Kantata Takwa, the supergroup consisting of Yockie, Iwan Fals, Setiawan Djody, W.S. Rendra and Sawung Jabo.

Around the same time as finishing his studies and getting his communications degree, in 2003 Hendy joined the band Omelette and released one album before resigning. His stint in Omelette brought him to the attention of Gigi, one of Indonesian’s biggest rock bands with whom Omelette shared management under POS Entertainment. When drummer Budhy Haryono was unavailable to record Gigi’s album for the Brownies film soundtrack, he recommended Hendy as his temporary replacement, and the band soldiered on. After recording Raihlah Kemenangan, an album of cover versions and new original songs with a religious theme, and performing numerous shows, Hendy was made a permanent member of Gigi in mid-2004.

This was another dream come true for Hendy, who had been a fan of the band – especially their original drummer, Ronald Fristianto – since their inception when he was still in junior high. He would even brag to his friends that one day he would be playing drums with Gigi, not even realizing it would come true. Joining Gigi also brought a reunion of sorts with guitarist Dewa Budjana, who was 26 years old when he was impressed enough by the nine-year-old Hendy at the Farabi school and offered to have an impromptu jam session. Later on, Budjana also invited Hendy to play in his trio side project, which ultimately led to his membership in Gigi soon after.

With Hendy on board, Gigi entered its most productive period, releasing no less than 10 albums since 2004, with their next project recorded live at London’s legendary Abbey Road Studios in late 2013. Hendy has also helped maintain the band’s reputation as one of Indonesia’s most exciting live acts, even playing alongside his predecessors Ronald and Budhy during occasional reunion shows.

Meanwhile, in between his busy schedule with Gigi, Hendy also finds time to devote his energy towards Ligro, the power trio he formed in 2004 with guitarist Agam Hamzah and bassist Ade Darmawan. Fusing Eastern and Western music elements, this self-styled jazz rock group of “crazy people” has released two highly-acclaimed albums, Dictionary (2008) and Dictionary 2 (2012) that fully showcase the explosive drum and percussion work of Hendy, who also serves as executive producer.

Currently residing in Jakarta, Hendy spends his time outside of Gigi and Ligro by being a devoted husband and father to Marlyn Augusta and their three daughters…and wondering which of his childhood dreams will be the next to come true.

post

ABBEY ROAD STUDIO MEMANG LEGEND!!!!

Tanggal 25 november 2013,tepat jam 9 pagi waktu London, saya dan teman-teman GIGI menginjakkan kaki di Abbey Road studio. Wow!!!! Perasaan campur aduk, pengen nangis, merinding, udah nggak jelas deh perasaannya hehehee, kita menuju Studio 2, tempat dimana The Beatles dan artis_- artis dunia lainnya merekam karya-karya mereka. Lewat control room terus kita turun melalui tangga yg sangat legend,karena tangga ini kayak sebuah simbolnya studio Abbey Road. Di Studio 2 tempat kita take, kita langsung disambut sama sound enginner Chris Bolster, ini orang yang ngerekam dan ngemix band-band seperti Green Day, The Killers, Blocparty,dll. Orangnya sangat ramah, dan dia dibantu sama 2 asisten enginner. Kita ngobrol untuk menentukan letak dan posisi instrument masing-masing, karena kita juga mau mendokumentasikan seluruh kegiatan kita di studio 2 untuk dijadikan sebuah Film, maka tata letak instrument masing-masing harus bener-bener pas dan keren.
Posisi drum pun akhirnya ditentukan tepat di depan tangga studio 2 , Waktunya untuk ngeset up drum, saya dapat support langsung dari SONOR international dan Zildjian Cymbals, mereka sangat on time dalam pengiriman, dan apa yang saya minta udah tersedia semua. Karena tidak membawa crew drum, saya harus set up drum sendiri, Seru bangetttt , saya sangat hobbi ngeset up drum hehehehe. Saya set up drum sekitar 15- 20 menit. Dan chris bolster pun menyiapkan microphone untuk keperluan drum. Chris menggunakan 14 track untuk drum, dan saya belajar banyak mengenai pengambilan dan peletakkan setiap microphone, sangat berbeda dari kebiasaan yang saya pernah liat kalau rekaman di Indonesia. Dari segi Microphone, semuanya Pake condenser mic, yang kita tau kalau di Indonesia condenser mic hanya digunakan untuk Overhead dan Hi hat. Dan yang lebih gilanya lagi, semua Microphone yang digunakan umurnya udah pada tua-tua heheheh, microphonenya keluaran tahun 1950,1960,dan 1970. Dan kondisinya sangat bagus dan yang pasti sangat kerennnn. Yang menariknya dari Chris Bolster adalah dia bener-bener memberikan kebebasan kepada kita masalah posisi drum, meskipun dia terlihat susah untuk meletakkan posisi mic,karena set up saya yang berdekatan satu sama lain. Saya nanya sama dia “ apakah mau saya rubah posisi set up saya”,dia bilang “ kamu harus main seenak kamu dan senyaman kamu, biar saya yang ikuti kamu”.
Mulai tahap nyari sound drum, ini juga unik, dia meminta saya untuk memainkan drum, tanpa memukul satu-satuan dari drum tersebut,contohnya Kick dulu atau snare dulu ( kebiasaan kalau di Indonesia ), saya memainkan drum saya dan Chris mencari sound dan balance soundnya. Dan hasilnya? Amazing……, sound yang keluar bener-bener gokilllll. Saya nanya sama dia “ ini sound dikasih effect atau diproses lagi” ,dia bilang ini sound bener-bener flat atau murni dari drum akustiknya. Ini ngebuktiin bahwa Ruangan dan peletakkan mic dan kematangan si Chris bolster bener-bener menjadi perpaduan yang sangat dahsyat.
Tepat jam 11 siang waktu London, Kita mulai Take , dengan konsep Live recording, kita memulainya dengan lagu “ Prom nite”, take-take pertama masih tahap adaptasi hehehe,maklum ada rasa nervous, penyesuaian ruangan dll, apalagi take di studio yang sangat bersejarah. Tapi karena kita sangat bersemangat dan udah mempersiapkan segala sesuatu selagi masih di tanah air ,seperti latihan yang gila-gilaan sebelum berangkat ke London, Akhirnya proses rekaman pun berjalan sangat lancar, Di hari pertama kita akhirnya menyelesaikan 4 buah lagu . karena waktunya banyak kepotong buat set up jadi waktu buat take kepotong . Lanjut di hari ke 2 rekaman, kita langsung start take jam 10 pagi. Sekitar jam 2 siang kita udah menyelesaikan semua take untuk album baru yg berisi 9 lagu, karena udah penyesuaian dengan kondisi studio, di hari ke 2 berjalan sangat-sngat lancar. Karena waktu yang masih lama, waktu sewa kita di studio Abbey road sampe jam 8 malam. Berarti masih banyak waktu yang kesisa, akhirnya kita berembuk, dan diputusin ,kita mau ngerekam lagu-lagu dari album-album sebelumnya,dengan aransement baru dan versi akustik. Akhirnya kita menyelesaikan 10 lagu lama dengan versi akustik wowwwwww, secara total rekaman kita ngerekam 19 lagu di studio Abbey Road. Sebuah hal yang nggak keduga. Mungkin karena saking semangatnya dan atmosfer studio tersebut membawa aura yang positif buat kita, akhirnya rekaman pun menjadi sangat lancar.
Saya sangat terkesan dengan apa yang saya alami di studio 2 Abbey road, secara sound drum, ada perbedaan yang sangat mencolok dari album-album sebelumnya, secara main, saya ngerasa lebih lepas dan live, karena kondisi rekaman yang berkonsep live recording.
PUASSSSSSS!!!!! Itu kata yang tepat buat apa yang saya lakukan di Abbey road studio, Semoga album ini bisa menjadi penyemangat dan membawa hal positif buat kemajuan dan kualitas musik Indonesia.Amin…..

post

LIGRO TRIO, AKAN RILIS DICTIONARY 3

Setelah mengeluarkan album Dictionary 1 dan 2, Ligro trio akan merilis lagi Dictionary 3, yang merupakan album trilogy dari Ligro trio. Recording dilakukan di Pos studio tebet, dengan system live recording, sama seperti dua album sebelumnya.album ini berisi 5 buah lagu,dan melibatkan seorang bintang tamu, yaitu main piano Ade Irawan. Ade Irawan seorang pianis muda yang sangat luar biasa, di album ini dia memainkan komposisi yang berjudul “ Bliker 4”. Ada sebuah perubahan yang sangat menarik di album ini, berkembangnya musikalitas dari masing-masing personil di Ligro trio, membuat suasana album ini lebih beragam. Contohnya lagu yang berjudul “ Messian”, di komposisi ini,Agam hamzah ( gitaris ) lagi seneng mempelajari musik kontemporer, sehingga notasi-notasi yang keluar sangat berbeda sekali,baik itu dari melodi lagu dan bentuk improvisasi. Dan membuat saya dan Adhi darmawan ( bassist ) membentuk pola rhytim dan merespon improvisasi lebih kearah pendekatan musik kontemporer. Ini sangat membuat musik Ligro trio lebih beragam lagi.Dan ada satu lagi track dialbum ini yang menarik , yaitu lagu “keroncong krisis” , dimana di lagu ini Agam memainkan gitar salendro, yang secara tuning berbeda dari gitar pada umumnya, dan notasi yang terdengar sangat unik, dan saya dan Adhi pun mengadaptasikan rhytim-rhytim keroncong di lagu ini menjadi rhytim ala Ligro.

Di album ini, saya juga menambah set up di drum saya, yaitu berupa gamelan kecil dan pentungan yang digunakan abang-abang bakso heheheh, ini menambah suara-suara unik dimusiknya Ligro Trio. Dictionary 3 siap rilis untuk membuat sebuah perubahan.

post

Membuat Dvd Lesson Drum Dan Album Solo

DVD Lesson Drum Gusti Hendy punya cerita tersendiri. Awalnya cuma karena ide: kayaknya belum ada ya DVD Lesson Drum di Indonesia

Berawal dari kegiatan saya melakukan event-event masterclass drum di berbagai tempat, saya melihat sebuah antusias dan respon yang sangat hebat terhadap pendidikan drum di Indonesia. Oleh karena itu saya mempunyai cita-cita untuk membuat sebuah dvd drum lesson dan film dokumenter mengenai karir saya dan kebiasan-kebiasan saya di saat main drum. DVD Drum lesson saya akan berisi konsep-konsep saya dalam bermain drum, baik itu tehnik, cara membuat beat, dan membuat ide kreatif di drum itu sendiri.

Sedangkan Film dokumenter saya, akan menceritakan karir musik saya, dari saya waktu kecil belajar drum sampai saya menjadi drummer professional seperti sekarang.

Dari sebuah cita-cita itu, akhirnya saya mengumpulkan orang-orang untuk membuat team untuk memulai produksi pembuatan DVD tersebut, Akhirnya pada minggu ke 3 bulan januari, produksi pembuatan DVD tersebut dimulai, mengambil lokasi di salihara studio recording, Jadi tungguin DVD drum lesson dan dokumenter saya, yang akan rilis mudah-mudahan di bulan Mei. Setelah rilis DVD, saya juga sedang menyiapkan solo album saya yang pertama, yang akan berisi 8 lagu, dan album ini bener-bener dari buah pemikiran saya, komposer,produser,dan ide-ide pengisian semuanya dari saya, jadi kalau denger album saya ini, inilah sebuah pemikiran dan ide kreatif dari seorang GUSTI HENDY.

Salam drummer teman-teman!!!!!!!